Waktu berlalu tanpa henti. Waktu berawal dari pertemuan. Pertemuan itu berawal dari pohon cerri. Dua anak perempuan berlari penuh tawa dengan usia 5 tahun dan 3 tahun. Ceceran keringat tumpah membasahi bumi bersamaan dengan aroma matahari. Kadang mereka menangis, kadang mereka tertawa bahkan sesekali pula mereka saling bertengkar. Tapi mengakhiri semuanya dengan salaman. Kepolosan mereka membuat mereka betah ke masjid, berlomba-lomba dalam hal agama, belajar bersama. Mereka mengukir waktu kembali dengan permainan gadis seusianya. Waktu itu, mereka bermain boneka susan, rumah tanah, anak baju, masak-masak, barbie bahkan mereka pernah bermain dengan menirukan film "Power Rangers". Ku dengar jelas di telingga mereka bertengkar memperebutkan warna pink, ada yang berbisik "aku yang mengalah", aku pun tersenyum. Sepeda salah satu mainan kecil yang terus bergema. Si besar sudah mengendarai sepeda tanpa perlu bantuan roda, tapi si kecil masih bermain dengan roda tiganya dan sepeda kecilnya. Si kecil pun merengut, meminta diajarkan. Si besarpun mengajarkan dengan tertatih-tatih. Si kecil jatuh dan menangis. Semenit kemudian mereka bisa tertawa. Seolah-olah mereka memang gadis suci tanpa noda dendam, keirian dan kemunafikan.
Si kecil berusia 5 tahun sudah beranjak menjadi gadis berusia 22 tahun. Si kecil yang berusia 3 tahun kini sudah berusia 21 tahun. Mereka sama-sama tumbuh menjadi gadis cantik. Tak banyak yang berubah, mereka masih tetap sama. Hanya saja si kecil tumbuh lebih tinggi dan besar daripada sibesar. Ada tawa, ada tangis, dan ada senyuman tapi tak sepolos dan sebersih dulu. Permainan mereka tak lagi sekedar barbie tapi sudah membicarakan cinta ala-ala gadis seusianya.
Kini, salah satu di antara mereka sudah berkomitmen membentuk sebuah keluarga kecil. Keluarga kecil itu semakin lengkap karna dihiasi malaikat kecil. Malaikat kecil mengingatkan kejadian beberapa tahun yang lalu. Becermin ketika memiliki persamaan dengan ibunya. Tak terasa, kini waktu mereka tak lagi menceritakan tentang dunia beserta cinta-cintanya. Ada waktu yang harus dibagi antara keluarga dan sahabat. Kadang, ada pembicaraan yang tidak sejalan, satu masih diam dan yang satu sudah berjalan terlalu jauh.
Cerita di atas merupakan sepengal pengalaman tentang KITA si "Luenchay". Tak terasa hari ini usiamu sudah 21 tahun, sob. Tak terasa juga kita sudah 18 tahun hidup di bawah langit yang sama, di atas bumi yang sama, memandang mata yang sama, selama itu pula kita hidup bersebelahan sampai masa pensiun orang tua kita berakhir. Hadiah bisa dibeli dengan uang tapi pengalaman dan kisah kita lebih berharga dari itu. Semakin bertambah usia kita, aku semakin takut. pelajaran yang pernah kita perlajari dulu waktu MDA bahwa semakin dekat Allah memanggil kita. Meskipun demikian, kita seharusnya tak perlu takut. Disini, walaupun sekarang aku lebih pendiam dari usia kecilku tapi aku tetap berdoa yang terbaik untukmu, chay. Tak perlu menarik perhatian beribu mata di luar tapi perhatikan mata dan peluklah keluarga kecilmu, bawa mereka ke syurga melalui mu. Aku selalu berdoa engkau menjadi istri soleha untuk suamimu yang in sya allah akan ada masanya menjadi seorang ustadz (sebelum itu benar digariskan, mulai sekarang carilah jilbab panjang :p) yang menuntun engkau sekeluarga berada di sisi Allah. Bahkan aku yakin engkau bisa menjadi ibu yang lebih baik yang menjadikan anak sebagai teman tapi jangan pernah lupa bahwa tugas ibu itu berat seberat badanmu yang sekarang (haha). Di sini tak perlu aku doakan engkau semakin cantik karna aku sudah tahu bahwa kita memang sudah cantik dari lahir. Itu Fakta!. Tapi aku berharap engkau mempunyai hati dan perilaku yang cantik yang mencerminkan rupamu. Semoga di usia ini membawa engkau ke usia-usia selanjutnya, sampai aku melihat rambutmu yang sekarang hitam kecoklat-coklatan mulai memutih alami, kulitmu yang bagus mulai melentur, gigimu mulai berjatuhan, anakmu sudah bercucu, sampai pada akhirnya aku masih bisa mendengar tawamu yang khas saat usiamu dimakan senja. Ku kadokan doa yang tulus selama 18 tahun untukmu, chay... Semoga waktu memperpanjang pertemuan dan pertemanan kita. Sampai pada kenyataan bahwa kita sudah mulai pikun tapi engkau masih tetap mengenalku, dan memegang tanganku meskipun aku sudah melupakanmu karna usiaku. Semoga perkenalan ini tetap membekas walaupun kita sudah di syurga dan engkau tetap menjadi sahabat kecil ku.
Salam sayang dari yang terkasih "ciechay" untukmu "luenchay" *peluk*
Dari yang berkacamata untuk yang berkacamata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar