Pernah ku namai sebuah kedekatan sebagai sahabat dan pernah pula ku namai sebuah jarak sebagai musuh. Ternyata kedua antonim ini bisa salah dan bisa benar dalam posisinya. Kekeliruan bisa saja terjadi. Situasi yang tepat untuk kedua kata itu hanya terletak pada juri hidup yang tak peduli (waktu).
Aku pernah bercerita tentang sahabat dan tentang musuh.
Sebuah kesenangan ketika bisa bercerita tentang sahabat dan sebuah kebencian jika bercerita tentang musuh.
Waktu yang tidak peduli itu mulai bosan. Bosan mendengar rasa kekagumanku bercerita dengan lantang bahwa "aku orang yang paling beruntung punya sahabat". Mungkin juga mulai muak dengan takaburnya aku bahwa "hanya aku yang beruntung". Mungkin juga mulai tertawa karna aku terlalu cepat menyimpulkan kepercayaan.
Setelah semua cukup, waktupun bertindak. Betapa terkejutnya aku ketika ia menunjukkan bahwa yang dianggap dekat ternyata jauh dan yang dianggap jauh ternyata dekat.
Bagaimana bisa menyelam kegembiraan dan senyuman seseorang sebagai tanda "menerima" yang dianggap demikian.
Sudah cukup menurutku jarak yang membuktikan bahwa kejauhan itu terasa dekat. Sudah cukup menurutku berdoa tanpa sapa. Sudah cukup menurutku tersenyum dan saling kagum. Sudah cukup itu tadi, kalimat paling ampuh dari waktu, karna sebagai juri, ia bertindak dengan adil meskipun sulit dimengerti.
Di dunia ini hanya ada satu sahabat yang menganggap engkau tidak ada.
Di dunia ini hanya ada satu sahabat yang memilih lebih baik tidak saling menyimpan.
Di dunia ini hanya ada satu sahabat yang mempunyai banyak alasan untuk tidak mengikutsertakan dalam kehidupan barunya.
Di dunia ini hanya ada satu sahabat yang sengaja membuat jarak.
Di dunia ini hanya ada satu sahabat yang mempunyai banyak pertimbangan untuk dihadirkan dalam "kontak". Di dunia ini hanya ada satu sahabat yang tidak "accept" dalam sebuah hubungan.
Di dunia ini hanya ada satu sahabat yang berkata "aku beruntung punya kamu".
Di dunia ini hanya ada satu sahabat yang tetap mencarimu meskipun menjadi orang terakhir.
Di dunia ini hanya ada satu sahabat yang menjadikan engkau terbelakang dan terakhir.
Dan .... Di dunia ini sahabat seperti itu adalah musuh.
Sekarang, apakah engkau percaya adanya sahabat? Atau adanya musuh? Sayang sekali, jawabanku tetap sama, aku tetap sombong dan takabur. Tetap ku katakan dalam tawa, suara yang lantang "banyak yang melupakan dan dilupakan, banyak yang diacuhkan dan mengacuhkan tapi aku tetap punya "Dia" menjadi satu-satunya, tetap disini dan berakhir bahagia seperti sebuah novel dan film superhero yang melegakan setelah muncul konflik".
[kenali dan pahami, ada 1 sahabat yang bisa menjadi musuhmu dan diantara 1000 musuh ada 1 yang diam-diam menjadikanmu sahabat]. Anjana17
Wanita berkacamata !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar