Berbicara tentang ibu, apa yang terlintas dalam pikiran dan hati anda?. Jika pertanyaan itu saya jawab, saya akan mengatakan kalau ibu adalah wanita berhati malaikat. Saya katakan demikian karena ibu saya memposisikan dirinya demikian. Ibu itu sumber nyata yang memposisikan dirinya sebagai sahabat, isteri dan ibu.
Kurang atau lebih dari 9 bulan merupakan waktu yang sangat lama untuk membawa segumpal darah yang menjadi daging di dalam perut. Dibawa kemanapun tanpa bisa dilepas. Meskipun demikian, beliau menyayangi tanpa cacat dari yang belum terlihat wujudnya sampai mampu menatap kedua matanya. Masih banyak fase-fase yang dilewatinya. Terjaga dimalam hari disaat semua mata mampu terlelap dalam mimpi. Memberi sebagian kesehatanya, menyayangi hingga ke jiwa. Mengedepankan suami dan anaknya tanpa cela sedikitpun.
Saya salah satu yang bangga dengan sosok ibu. Setiap teman-teman yang bertanya siapa idola saya dan saya jawab ibu. Menurut saya ibu itu tak kalah dengan artis internasional atau artis yang bayarannya mahal. Saya juga punya rencana besok ketika menjadi isteri dan ibu saya akan seperti ibu saya. Cukup singkat, ibu ketika dengan anak-anaknya memposisikan dirinya sebagai sahabat yang tetap bisa dihargai dan dihormati. Tanpa rasa sungkan saya bercerita sepanjang jalan kehidupan kepada ibu. Ibu mendengarkan dengan sangat baik. Bahkan menjadi penasehat yang baik. Dapat dikatakan ibu adalah pendengar dan pembicara yang baik. Bercerita dengan ibu seperti menyimpan rahasia ke dalam peti yang terkunci. Kuncinya disimpan tanpa diketahui tempatnya. Sesederhanakah ibu itu karena saya anak cewek? Tidak. Posisi anaknya yang cowok juga seperti itu. Tak ada beda. Ibu juga sosok wanita yang tidak pernah tega dengan anak dan suaminya, meskipun terkadang cerewet alias bawel, beliau punya rasa sensitif "tidak tegaan". Sebenarnya saya rasa itulah istimewanya wanita ketika Allah pecaya kepadanya sebagai manusia yang di dalam tubuhnya diletakkan salah satu asmaul husna "rahim (penyayang)."
Saya bangga meskipun beliau tidak berpendidikan tinggi tapi beliau mampu menderajatkan dihadapan anak-anaknya sebagai seorang yang berpendidikan. Saya dan ibu itu seperti teman. Setiap suntuk dirumah, ibu jadi teman untuk diajak jalan-jalan. Lebih sering ibu yang membawa motor dan saya duduk manis dibelakang. Kurang sopankan? Jawab masing-masing saja ya. Jarak umur saya dan ibu kurang lebih 22 tahun tapi herannya setiap jalan pasti dikatakan bahwa kami "adik-kakak". Dikatakan demikian sepertinya karena badan kami sama tinggi tapi lebih ideal badan ibu saya, kalau saya kekurusan.
Saya punya mimpi dan rencana untuk masa depan. Saya tidak muluk-muluk untuk meminta. Saya hanya berharap sampai pada masanya Allah tidak memanggil ibu saya sebelum saya bisa membahagiakannya lahir bathin. Meskipun sampai sekarang saya dengar ibu mengatakan kata "bangga" didepan saya sambil tersenyum tapi saya rasa itu belum cukup. Masih banyak yang ingin saya lakukan salah satunya pergi ke rumah Allah bersama-sama menggunakan uang saya sendiri bahkan keliling dunia dan membahagiakan ibu dalam proses masa tuanya seperti ibu membahagiakan saya ketika masih anak-anak, menyayangi, mencintai, menjaga dan merawat. Ada satu kutipan yang saya baca yang membuat saya terharu bunyinya kurang lebih begini "Ibu... Jika saya besar nanti saya akan membelikan ibu sepasang sepatu, meskipun itu sederhana setidaknya surga saya tidak tergores dan terluka."
Ayo.. Teman-teman share cerita tentang ibu kamu. Tunjukkan ke beliau dan ceritakan bahwa kita bangga lahir dari rahimnya.
Salam sayang dari gadis berkacamata yang tidak cantik dan tidak manis tapi mampu membuat anak orang jatuh cinta *eeh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar