Selasa, 16 September 2014

T E T A N G G A masak gitu?!

Berbicara tentang tetangga yang terlintas dipikiran saya pertama kali yaitu silaturahmi. Kenapa demikian? Karna menurut saya ketika ada bencana yang terjadi pasti tetangga orang pertama yang menolong. Itu terbukti dengan semua kejadian yang saya lihat di sekeliling. Sama halnya dengan kutup akan ada dua sisi yang tak kan terpisah, kutub utara-kutub selatan, hitam-putih, hidup-mati. Semuanya seakan seperti antonim. 

Coba bayangkan seandainya anda punya tetangga yang tutur bahasa dan prilakunya menjadi cerminan baik? Bukan hanya dia yang berpahala tapi kita juga ikut mendoakan syurga untuknya (re: asalkan kita tidak punya penyakit hati). Sepertinya tetangga seperti itu menjadi idaman khususnya idaman para ibu. Alhamdulillah saya di sini punya tetangga yang demikian. Bisa dikatakan sekarang menjadi sahabatnya ibu saya karena mereka cocok. Sering cerita masalah kenaikan cabe, BBM, beras, pokoknya makanan pokok dan satu hal cerita para ibu yang tak pernah lepas yaitu tentang tanggal tua. Serunya lagi tetangga saya juga punya anak cewek 3 tahun lebih muda daripada saya. Saya dan dia menjadi sahabat baik dari kecil hingga sekarang.

Siai buruknya, coba anda bayangkan seandainya anda punya tetangga yang sirik? Bukan hanya dia yang berdosa tapi kita yang membalasnya juga berdosa. Tetangga yang demikian juga saya temui di sini. Anda bayangkan saja jika tetangga anda tidak ingin anda lebih darinya? Tidak mau anda membeli sesuatu barang yang lebih darinya? Tidak mau kalah saing dari anda? Itu semua akan biasa saja, jika keirian dan kesirikannya tidak melibatkan anda. Seandainya semua pertanyaan tadi melibatkan anda dengan mengatakan hal-hal buruk tentang anda yang menurutnya itu benar apa yang anda lakukan? Tidak membalasnya meskipun di dalam hati? Jika demikian jawabanya saya ingin mengucapkan semoga anda mendapatkan syurga di hadapan-Nya melalui rasa sabar. Kenapa saya bisa mengatakan demikian? Karna saya tidak bisa sesabar itu. Saya rasa bukan hanya saya yang menjadi buah bibir dan sisa omonganya tetapi para tetangga yang lain juga. Ketika saya wisuda para ibu yang lain mengucapkan selamat kepada saya karna bisa menyelesaikan pendidikan dengan cepat. Dia? Dia malah menjual omongan ke tetangga lain karna meragukan saya bisa cepat, dikatakan saya ada main dengan dosen, dikatakan saya beli skripsi, banyak hal lain. Apa susahnya mengucapkan selamat walaupun dalam hati mengutuk! Itu pikiran saya. Ketika ada pembicaraan negatif tentang saya, saya bukan mementingkan pencitraan saya melainkan mementingkan perasaan orang tua. Saya sangat bersyukur karna mempunyai orang tua yang sabar. Hal lain yang masih mengusik nama saya adalah ketika melihat saya membeli kucing persia medium. Keirianya muncul lagi. Saya dan keluarga tidak pernah mengusik tapi mendengar cerita para tetangga sepertinya dia memang punya penyakit hati yang sampai kapanpun tak akan ada obatnya. Seandainya anda terusik seperti itu bisakah hati anda juga sabar?. Sekarang yang saya lakukan mungkin hati saya tidak sesabar senyuman saya tapi saya percaya tetangga yang demikian irinya menjadikan saya artis dimatanya. Ada kelebihan yang saya punya tapi dia tidak punya. Sekarang saya juga bersyukur ternyata ada ibu-ibu yang menjadi haters sekaligus fans saya. Mungkin dia segan mengucapkan selamat dan menguji kelayakan akan kelebihan yang saya punya. 


Inti dari semuanya siapapun yang berhubungan dengan kita dengan cara yang tidak baik tersenyumlah dengan ikhlas. Keikhlasan hati anda mungkin pertama-tama akan membuat mereka panas karna gagal menjatuhkan anda ke neraka dunia tapi percayalah suatu hari mereka akan sadar sendiri bawa orang yang selama ini mereka jatuhkan ternyata membangunkan mereka ketika mereka dijatuhkan oleh orang lain...


Salam super dari saya wanita berkacamata yang tidak manis dan tidak cantik tapi selalu berhasil membuat orang jatuh cinta *eh 👓

Tidak ada komentar:

Posting Komentar