2)
Teori Sintaksis Tata Bahasa Generatif
Transformasional (TGT/TG)
•Menurutnya, teori linguistik
struktural (LS) tidak mampu memecahkan berbagai masalah kebahasaan, terutama
bidang sintaksis.
•Metode LS, yaitu metode induktif,
tidak mampu menjangkau fakta-fakta sintaksis. Asumsi-asumsi LS tidak mudah
menjelaskan fakta bahwa bahasa mempunyai kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
•Selain itu, metode LS rupa-rupanya
tidak mampu menjelaskan hubungan-hubungan internal dalam kalimat, atau
hubungan-hubungan yang dimiliki kalimat-kalimat yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya.
•Asumsi LS tidak mampu menangani
kalimat-kalimat taksa atau ambigu. Ambiguitas ini bukan berasal dari kata-kata
di dalam kalimat, tetapi dari struktur kalimat.
•Oleh itu, Chomsky menciptakan dan memperkenalkan satu bidang
linguistik baru.
Yang diberi
nama tata bahasa generatif berdasarkan teori yang diusahakannya sepanjang tahun 1950-an.
• Beliau
telah menerbitkan teori yang disebut
tata bahasa transformasi generatif,
dalam bukunya
yang berjudul Syntactic
Structures
(1975) dan Aspects
of the Theory of Syntax (1965).
Prinsip-prinsip
TGT/TG
Konsep-konsep
TGT/TG
•Kompetensi = pengetahuan penutur
akan bahasanya
•Perfromansi = apa yang sesungguhnya
dilakukan oleh penutur-pendengar
•Struktur Batin/Dalam (SB) dan
Struktur Lahir/Luar (SL)
•SB = representasi mental yang
mendasari suatu ujaran; struktur
yang biasanya mengandungi bentuk kalimat dasar (inti) yang diperlukan untuk membentuk makna dasar
kalimat.
• SL = kalimat sesungguhnya yang
dihasilkan oleh penutur;
struktur kalimat yang biasanya telah mengalami perubahan dari struktur
dalamnya, dan merupakan bentuk kalimat yang akan
sebenarnya diucapkan oleh si penutur.
•Kaidah Struktur Frasa = serangkaian
pernyataan yang menjelaskan tentang urutan unsur-unsur dalam suatu kalimat.
•Pemarkah Frasa (phrase
marker) = representasi struktur kalimat
dalam kaitannya dengan kurung berlabel.
•Transformasi = suatu operasi
linguistik formal yang memungkinkan dua tingkatan representasi struktural untuk
ditempatkan dalam korespondensi.
•Setiap konstituen diberikan
label sebagai contoh label X dan Y
•X
dan Y dapat digabungkan dengan Z
(1)
•Xdan Y dikenal
sebagai objek
•X
dan Y bergabung dengan objek Z dan
membentuk satu objek baru.
•Diagram pohon Ling gambaran visual penjabaran suatu
satuan atas konstituen secara hierarkis (Depdikans).
•Keseluruhan struktrur itu
dikenali sbg diagram pohon.
•Diagram pohon ini dapat bergabung dan membentuk pelbagai hirarki.
•Perhatikan analisis contoh berikut
dengan menggunakan diagram pohon.
(1) Gadis cantik dalam mobil itu
tersenyum gembira.
(2) Putri memberi surat kepada Alit.
(3) Raheema belajar SBI
Keterangan
•K = Kalimat
•N = Nomina
•FN = Frasa Nomina
•V = Verba
•FV = Frasa Verba
•Adv = Adverbia
•Adj = Adjektiva
•Pen = Penunjuk
•Prep = Preposisi
Teori
Sintaksis Tata Bahasa Kasus (TK)
1. Prinsip-prinsip TK
•Menururt
Ba’dulu dan Herman (2005) teori ini diperkenalkan oleh Charles Fillmore.
Fillmore dalam Bach dan Jarm, (1968:2-3) menambahkan beberapa prinsip atau
asumsi penting berikut:
•Sintaksis
mempunyai kedudukan sentral dalam tata bahasa;
•Kategori-kategori
tersembunyi (covert categories) memainkan
peranan yang penting;
•Struktur
dasar kalimat.
Konsep-konsep Dasar Teori Sintaksis TK
a. Kasus
•Crystal
(1980) dalam Ba’dulu dan Herman (2005:78) mendefinisikan kasus sebagai suatu
kategori gramatikal yang digunakan dalam analisis kelas-kelas kata untuk
mendefinisikan hubungan-hubungan sintaksis antara kata-kata dalam kalimat.
•Selain
itu, Kridalaksana (1982) menyatakan bahwa kasus adalah kategori gramatikal dari
nomina, atau adjektiva yang memperlihatkan hubungannya dengan kata lain dalam konstruksi sintaksis.
•Fillmore
(1968:24-25) menyarankan daftar minimal dari enam kasus dan setiap kasus
diusulkan sebagai suatu kesemestaan linguistis, yang ditemukan dalam bentuk
tertentu dalam semua bahasa alamiah. Kasus-kasus tersebut adalah:
•Agentif,
kasus dari pelaku pekerjaan yang bernyawa, yang dinyatakan oleh verba;
•Instrumental,
kasus dari kekuatan atau objek yang terlibat secara kasual dalam aksi yang
dinyatakan oleh verba;
•Datif,
kasus dari makhluk bernyawa yang
dipengaruhi oleh aksi yang dinyatakan oleh verba;
•Faktitif,
kasus dari objek atau makhluk yang berasal dari aksi atau status yang
dinyatakan oleh verba, atau dipahami sebagai
bagian dari makna verba;
•Lokatif,
kasus yang mengidentifikasikan lokasi atau orientasi ruang dari status atau
aksi yang dinyatakan oleh verba; •Objektif,
kasus yang paling netral secara semantis, kasus dari aksi yang dapat diwakili
oleh nomina yang peranannya dalam aksi atau status yang dinyatakan oleh verba;
Fillmore (1967) juga menyebutkan
kedua kasus berikut
•Benefaktif,
kasus yang mengidentifikasikan orang atau benda yang atas namanya aksi itu
dilakukan;
•Komitatif,
kasus yang mengidentifikasi makhluk
bernyawa secara khusus bersama makhluk
bernyawa lainnya melakukan aksi yang dinyatakan oleh verba.
Fillmore
menambahkan 3 kasus lagi
b.
Kerangka Kasus
•Verba
diseleksi menurut lingkungan kasus yang disiapkan kalimat. Lingkungan kasus ini
disebut kerangka
kasus (case frame). Setiap
verba hendaknya dikaitkan dengan kasus
yang dapat menyertai atau muncul bersamanya.
•Verba
lari,
misalnya
dapat dimasukkan ke dalam kerangka [--- A], verba sedih
ke
dalam kerangka [---D], verba memindahkan
dan membuka
ke
dalam kerangka [---O+A], verba membunuh
dan meneror
(yaitu
verba yang memerlukan subjek beryawa dan objek bernyawa) ke dalam kerangka
[---D+A], verba memberi ke
dalam kerangka [---O+D+A], dan sebagainya.
Kerangka kasus
•The door opened
[---O]
•John opened the door [---
O+A]
•The wind opened the door [---
INS+A]
•John opened the door with a
chisel [---O+INS+A]
•Dalam kalimat-kalimat di atas,
unsur O muncul dalam semua manifestasi data, sedang unsur-unsur lainnya tidak.
Jadi, unsur O merupakan unsur wajib (obligatory), sedang unsur-unsur lainnya manasuka
(optional).
c.
Modalitas dan Proposisi
•Struktur
dasar kalimat terdiri atas dua komponen, yaitu proposisi dan modalitas.
Proposisi adalah seperangkat hubungan yang melibatkan verba dan nomina,
sedangkan modalitas merupakan komponen yang mencakup negasi,
tense, modus dan
aspek. Dengan
demikian, struktur kalimat daat dinyatakan sebagai berikut:
S -----> M(odalitas)
+ P(roposisi)
2. Kaidah-kaidah TK
•a. S ----> M P
•b. P ----> V C₁
C₂ ...
•Keterangan :
S - Sentence (kalimat)
M - Modalitas
P - Proposisi
V - Verba
C - Kategori Kasus
FN -
Frasa Nomina
Det -
Determinator
N - Nomina
Rujukan
Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman.
2005 Morfosintaksis. Jakarta:Rineka Cipta.
Parera, J.D. 2009. Dasar-dasar
Analisis Sintaksis. Jakarta:Erlangga.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar