Sabtu, 06 April 2013

MATERI SINTAKSIS

2) Teori Sintaksis Tata Bahasa Generatif  Transformasional (TGT/TG)

 


Menurutnya, teori linguistik struktural (LS) tidak mampu memecahkan berbagai masalah kebahasaan, terutama bidang sintaksis.
Metode LS, yaitu metode induktif, tidak mampu menjangkau fakta-fakta sintaksis. Asumsi-asumsi LS tidak mudah menjelaskan fakta bahwa bahasa mempunyai kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
Selain itu, metode LS rupa-rupanya tidak mampu menjelaskan hubungan-hubungan internal dalam kalimat, atau hubungan-hubungan yang dimiliki kalimat-kalimat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Asumsi LS tidak mampu menangani kalimat-kalimat taksa atau ambigu. Ambiguitas ini bukan berasal dari kata-kata di dalam kalimat, tetapi dari struktur kalimat. 
 
 
Oleh itu, Chomsky menciptakan dan memperkenalkan satu bidang linguistik baru. Yang diberi nama tata bahasa generatif berdasarkan teori yang diusahakannya sepanjang tahun 1950-an.
Beliau telah menerbitkan teori yang disebut tata bahasa transformasi generatif,  dalam bukunya yang berjudul Syntactic Structures (1975) dan Aspects of the Theory of Syntax (1965).
 
 
Prinsip-prinsip TGT/TG 
 Konsep-konsep TGT/TG

Kompetensi = pengetahuan penutur akan bahasanya
Perfromansi = apa yang sesungguhnya dilakukan oleh penutur-pendengar
Struktur Batin/Dalam (SB) dan Struktur Lahir/Luar (SL)
SB = representasi mental yang mendasari suatu ujaran; struktur yang biasanya mengandungi bentuk kalimat dasar (inti) yang diperlukan untuk membentuk makna dasar kalimat.
SL = kalimat sesungguhnya yang dihasilkan oleh penutur; struktur kalimat yang biasanya telah mengalami perubahan dari struktur dalamnya, dan merupakan bentuk kalimat yang akan sebenarnya diucapkan oleh si penutur.
 
Kaidah Struktur Frasa = serangkaian pernyataan yang menjelaskan tentang urutan unsur-unsur dalam suatu kalimat. 
Pemarkah Frasa (phrase marker) = representasi struktur kalimat dalam kaitannya dengan kurung berlabel. 
Transformasi = suatu operasi linguistik formal yang memungkinkan dua tingkatan representasi struktural untuk ditempatkan dalam korespondensi.
Setiap konstituen diberikan label sebagai contoh label X dan Y
X dan Y dapat digabungkan dengan Z   
 (1)


 
 
 
 
Xdan Y dikenal sebagai objek
X dan Y bergabung dengan objek Z  dan membentuk satu objek baru.
Diagram pohon Ling gambaran visual penjabaran suatu satuan atas konstituen secara hierarkis (Depdikans).
Keseluruhan struktrur itu dikenali sbg diagram pohon.
Diagram pohon ini dapat bergabung dan membentuk pelbagai hirarki.
Perhatikan analisis contoh berikut dengan menggunakan diagram pohon.
(1) Gadis cantik dalam mobil itu tersenyum gembira.
(2) Putri memberi surat kepada Alit.
(3) Raheema belajar SBI
 
 


Keterangan  
K = Kalimat
N = Nomina
FN = Frasa Nomina
V = Verba
FV = Frasa Verba
Adv = Adverbia
Adj = Adjektiva
Pen = Penunjuk
Prep = Preposisi
 
  Teori Sintaksis Tata Bahasa Kasus (TK)
 
1. Prinsip-prinsip TK
Menururt Ba’dulu dan Herman (2005) teori ini diperkenalkan oleh Charles Fillmore. Fillmore dalam Bach dan Jarm, (1968:2-3) menambahkan beberapa prinsip atau asumsi penting berikut:
Sintaksis mempunyai kedudukan sentral dalam tata bahasa;
Kategori-kategori tersembunyi (covert categories) memainkan peranan yang penting;
Struktur dasar kalimat.
 


Konsep-konsep Dasar Teori Sintaksis TK
a. Kasus
 Crystal (1980) dalam Ba’dulu dan Herman (2005:78) mendefinisikan kasus sebagai suatu kategori gramatikal yang digunakan dalam analisis kelas-kelas kata untuk mendefinisikan hubungan-hubungan sintaksis antara kata-kata dalam kalimat. 
Selain itu, Kridalaksana (1982) menyatakan bahwa kasus adalah kategori gramatikal dari nomina, atau adjektiva yang memperlihatkan hubungannya dengan  kata lain dalam konstruksi sintaksis.   
Fillmore (1968:24-25) menyarankan daftar minimal dari enam kasus dan setiap kasus diusulkan sebagai suatu kesemestaan linguistis, yang ditemukan dalam bentuk tertentu dalam semua bahasa alamiah. Kasus-kasus tersebut adalah:  
Agentif, kasus dari pelaku pekerjaan yang bernyawa, yang dinyatakan oleh verba;  
Instrumental, kasus dari kekuatan atau objek yang terlibat secara kasual dalam aksi yang dinyatakan oleh verba;  
Datif, kasus dari makhluk bernyawa  yang dipengaruhi oleh aksi yang dinyatakan oleh verba;  
Faktitif, kasus dari objek atau makhluk yang berasal dari aksi atau status yang dinyatakan oleh verba, atau dipahami sebagai  bagian dari makna verba; 
Lokatif, kasus yang mengidentifikasikan lokasi atau orientasi ruang dari status atau aksi yang dinyatakan oleh verba;Objektif, kasus yang paling netral secara semantis, kasus dari aksi yang dapat diwakili oleh nomina yang peranannya dalam aksi atau status yang dinyatakan oleh verba;

Fillmore (1967) juga menyebutkan kedua kasus berikut
Benefaktif, kasus yang mengidentifikasikan orang atau benda yang atas namanya aksi itu dilakukan;
Komitatif, kasus yang mengidentifikasi makhluk  bernyawa secara khusus bersama makhluk  bernyawa lainnya melakukan aksi yang dinyatakan oleh verba.
 
Fillmore menambahkan 3 kasus lagi
 
 

b. Kerangka Kasus
 Verba diseleksi menurut lingkungan kasus yang disiapkan kalimat. Lingkungan kasus ini disebut kerangka kasus (case frame). Setiap verba hendaknya dikaitkan dengan kasus  yang dapat menyertai atau muncul bersamanya. 

Verba lari, misalnya dapat dimasukkan ke dalam kerangka [--- A], verba sedih ke dalam kerangka [---D], verba memindahkan dan membuka ke dalam kerangka [---O+A], verba membunuh dan meneror (yaitu verba yang memerlukan subjek beryawa dan objek bernyawa) ke dalam kerangka [---D+A], verba memberi ke dalam kerangka [---O+D+A], dan sebagainya.

  Kerangka kasus
The door opened                                      [---O]

John opened the door                                [--- O+A]

The wind opened the door                     [--- INS+A]

John opened the door with a chisel    [---O+INS+A]

Dalam kalimat-kalimat di atas, unsur O muncul dalam semua manifestasi data, sedang unsur-unsur lainnya tidak. Jadi, unsur O merupakan unsur wajib (obligatory), sedang unsur-unsur lainnya manasuka (optional).
 
c. Modalitas dan Proposisi 
 
Struktur dasar kalimat terdiri atas dua komponen, yaitu proposisi dan modalitas. Proposisi adalah seperangkat hubungan yang melibatkan verba dan nomina, sedangkan modalitas merupakan komponen yang mencakup negasi, tense, modus dan aspek. Dengan demikian, struktur kalimat daat dinyatakan sebagai berikut:
  S -----> M(odalitas) + P(roposisi)

2. Kaidah-kaidah TK
 
a. S ----> M P
b. P ----> V C₁ C₂ ...

Keterangan : 
S    - Sentence (kalimat)
M   - Modalitas
P   - Proposisi
V   - Verba
C   - Kategori Kasus
FN - Frasa Nomina
Det - Determinator
 N   - Nomina

 Rujukan 
Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman. 2005   Morfosintaksis. Jakarta:Rineka Cipta.
Parera, J.D. 2009. Dasar-dasar Analisis   Sintaksis.      Jakarta:Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar